Tuesday, 11 February 2014

WAKTU MUSTAJAB DOA



Dalam hadis Qudsi, ALLAH SWT berfirman bermaksud, “Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang terdahulu dan orang-orang terkemudian serta semua daripada kalangan jin dan manusia berdiri di atas dataran yang sama, lalu mereka semua memohon kepada-Ku, kemudian Aku penuhi setiap permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi apa yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti air melekat pada jarum jika dia dimasukkan ke dalam lautan.” (HR Muslim)

Hadis di atas menjelaskan kekayaan dimiliki ALLAH. Dia berasa malu sekiranya Dia tidak memberi kepada seorang hamba yang menadahkan kedua tangan lalu berdoa kepada-Nya. Sabda Nabi SAW, “Sesungguhnya ALLAH AZZA WA JALLA malu jika seorang hamba menadahkan kedua tangannya untuk meminta kebaikan kepada-Nya, lalu ditolaknya dengan sia-sia.” (sahih, HR Ahmad)

ALLAH Maha Mendengar doa hamba-hamba-Nya dan Dia selalu menganjurkan agar setiap insan berdoa kepada-Nya. Firman-Nya, “....Dan Tuhan kamu berfirman: “Berdoalah kamu kepada-Ku nescaya Aku perkenan doa permohonan kamu.” (Surah Ghafir:60)

Doa boleh diterima dan ditolak. Syarat doa diterima dan dikabulkan adalah dengan ikhlas memohon kepada-Nya dan mengikuti petunjuk (sunnah) Nabi SAW. Petunjuk Nabi SAW dalam berdoa sangat mudah untuk dipraktikkan. Antara etika berdoa kepada ALLAH ialah:

Pertama, dimulakan dengan pujian kepada nama-nama ALLAH contohnya ar-Rahman, ar-Rahim. Atau dengan kata nama lain bertawassul dengan nama-nama ALLAH. Kemudian selawat kepada Nabi SAW.

Kedua, berdoa dengan penuh keyakinan, bersungguh-sungguh dan tidak leka. Berdasarkan kepada hadis riwayat at-Tirmidzi Nabi SAW bersabda, “Berdoalah kepada ALLAH dalam keadaan engkau yakin doamu akan dikabulkan dan ALLAH tidak menerima doa dari hati yang lalai.”

Ketiga, doa dianjurkan oleh Nabi SAW dalam hadis beliau. Terdapat buku doa ringkas memuatkan doa Nabi SAW dalam pelbagai keadaan, bermula dari bangun tidur sehinggalah kepada aktiviti harian. Buku ini dikarang Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani berjudul Hisnul Muslim, selain buku al-Adzkar Imam an-Nawawi.

Nabi SAW mengingatkan kita tentang mengapa doa ditolak oleh ALLAH, beliau menjelaskan; “Doa seseorang senantiasa akan dikabulkan selama dia tidak berdoa untuk perbuatan dosa ataupun untuk memutuskan tali silaturahim dan tidak tergesa-gesa.”

Seorang sahabat bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah dimaksud dengan tergesa-gesa? Rasulullah SAW menjawab: ‘Tergesa-gesa adalah apabila orang yang berdoa itu berkata; ‘Aku telah berdoa dan terus berdoa tetapi belum juga dikabulkan’. Setelah itu, dia berasa putus asa dan berhenti berdoa.” (HR Muslim)

Bersangka baik kepada ALLAH itulah yang utama, ALLAH-lah berkuasa mutlak memakbulkan doa dan Dia telah menetapkan beberapa syarat, namun Dia juga tidak memungkiri janji setiap doa akan dikabulkan selagi mana menepati syarat-syaratnya.

ALLAH memberi amaran kepada hamba-Nya agar tidak terjerumus dalam kancah syirik dalam doa, firman-Nya, “Dan janganlah engkau (wahai Muhammad) menyembah (atau memohon) yang lain daripada ALLAH, yang tidak dapat mendatangkan manfaat kepadamu dan juga tidak dapat mendatangkan mudarat kepadamu. Oleh itu, sekiranya engkau mengerjakan yang demikian, maka pada saat itu menjadilah engkau dari orang-orang yang berlaku zalim (terhadap diri sendiri dengan perbuatan syirik itu).” (Surah Yunus:106)
Sabda baginda SAW diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, “Doa adalah ibadah,” yang memberi pengertian bahawa doa khusus untuk ALLAH semata-mata. Malangnya pada hari ini hak doa dicabuli oleh manusia rakus terhadap dunia kerana mengejar wang ringgit dan kemewahan, doa sepatutnya dipanjatkan kepada ALLAH telah dipesongkan kepada mayat di dalam kubur atau tok bomoh, bahkan benda-benda yang dikeramatkan.
(SinarHarian - 26 Feb 12)

No comments:

Post a Comment